KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan Makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sejarah BANDUNG
LAUTAN API, yang kami sajikan berdasarkan pencarian dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan/pemikiran. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya kliping ini dapat terselesaikan.
Saya
juga mengucapkan terima kasih Kepada Guru IPS Sejarah yang telah membimbing
saya agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI
.................................................................................................................
BANDUNG LAUTAN API...........................................................................................
LATAR BELAKANG PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN
API.......................
PROSES TERJADINYA PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN
API...................
SETELAH PROKLAMASI...........................................................................................
KESIMPULAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSAKA....................................................................................
…………...
BANDUNG LAUTAN API
Pertempuran Bandung Lautan
Api atau Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa pembumihangusan Kota
Bandung pada bulan Maret 1946. Pembumihangusan yang dilakukan pejuang Republik
Indonesia tersebut dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan Belanda
memanfaatkan fasilitas-fasilitas di kota yang ditinggalkan pihak Republik
tersebut.
Latar belakang terjadinya pertempuran Bandung Lautan Api pasti berkaitan dengan
keinginan untuk lepas dari belenggu para penjajah. Saat itu, memanfaatkan
segala kesempatan adalah sebuah keharusan. Melawan penjajah tidak mesti harus
berhadapan satu lawan satu. Dengan taktik dan kecerdikan serta sigap memanfaatkan
kesempatan juga merupakan cara yang efektif.
LATAR BELAKANG PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN API
Pasukan
Sekutu Inggris memasuki kota Bandung sejak pertengahan oktober 1945. Menjelang
november 1945, pasukan NICA semakin merajelela di Bandung dengan aksi terornya.
Masuknya tentara sektu dimanfaatkan oleh NICA untuk mengembalikan kekuasaanya
di Indonesia. Tapi semangat juang rakyat dan para pemuda Bandung tetap
berkobar.
Latar belakang Bandung Lautan Api, antara lain :
1) Pasukan sekutu Inggris
memasuki kota Bandung dan sikap pasukan NICA yang merajalela dengan aksi
terornya.
2) Perundingan antara pihak
RI dengan Sekutu/NICA, dimana Bandung dibagi dua bagian.
3) Bendungan sungai Cikapundung yang jebol dan menyebabkan banjir besar dalam
kota
4) Keinginan sekutu yang menuntut pengosongan sejauh 11km dari Bandung Utara.
PROSES TERJADINYA
PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN API
Suatu
peristiwa di bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk
mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan
kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Peristiwa itu di kenal sebagai
Bandung Lautan Api. Sebuah memorabilia sejarah Bandung.
Pada awal tahun 1946, Inggris menjanjikan penarikan pasukannya dari Jawa Barat
dan menyerahkan kepada Belanda, untuk selanjutnya digunakan sebagai basis
militer. Kesepakatan sekutu, Inggris dan NICA (Nederlands Indie Civil
Administration) memunculkan perlawanan heroic dari masyarakat dan pemuda
pejuang di Bandung, ketika tentara Inggris dan NICA melakukan serangan militer
ke Bandung. Tentara sekutu berusaha untuk menguasai Bandung, meskipun harus
melanggar hasil perundingan dengan RI.Agresi militer Inggris dan NICA
Belanda pun memicu tindakan pembumihangusan kota oleh para pejuang dan
masyarakat Bandung. Bumi hangus adalah memusnahkan dengan pembakaran semua
barang, bangunan, gedung yang mungkin akan dipakai oleh musuh.
Sekutu dan NICA Belanda,
yang menguasai wilayah Bandung Utara (wilayah di utara jalan kereta api yang
membelah kota Bandung dari timur ke barat), memberikan ultimatum (23 Maret
1946) supaya Tentara Republik Indonesia (TRI) mundur sejauh 11 km dari pusat
kota (wilayah di selatan jalan kereta api dikuasai TRI) paling lambat pada
tengah malam tanggal 24 Maret 1946. Akibatnya pertempuran pun kembali menghebat.
Pada saat itu datang dua buah surat perintah yang isinya membingungkan, yaitu
1) Dari
perdana Menteri Amir Syarifudin Bahwa para pejuang / pasukan RI harus
mundur dari kota Bandung sesuai dengan perjanjian antara pemerintah
RI dengan Sekutu yang saat itu sedang berlangsung di Jakarta.
2) Dari
Panglima TKR (Jenderal Sudirman)
Bahwa para pejuang/pasukan
RI harus mempertahankan Kota bandung sampai titik darah penghabisan.
Menghadapi dua perintah
yang berbeda ini, akhirnya pada 24 Maret 1946 pukul 10.00 WIB, para
petinggi TRI mengadakan rapat untuk menyikapi perintah PM Sjahril di Markas
Divisi III TKR. Rapat ini dihadiri para pemimpin pasukan Komandan Divisi III Kolonel
Nasution, Komandan Resimen 8 Letkol Omon Abdurrahman, Komandan Batalyon I Mayor
Abdurrahman, Komandan Batalyon II Mayor Sumarsono, Komandan Batalyon III Mayor
Ahmad Wiranatakusumah, Ketua MP3 Letkol Soetoko, Komandan Polisi Tentara
Rukana, dan perwakilan tokoh masyarakat dan pejuang Bandung.
Dalam menyikapi ultimatum Inggris, sikap para pejuang terbelah. Ada yang
menginginkan bertahan di Bandung sambil melakukan perlawanan hingga titik darah
penghabisan, ada juga yang memilih meninggalkan Bandung sambil mengatur
strategi gerilya ketika berada di luar Bandung. Meski begitu, tujuan mereka
sama yakni menolak keras upaya penjajahan kembali oleh Belanda.
Rapat pun berlangsung alot dan panas. Berbagai usulan perlawanan disampaikan
peserta rapat, salah satu usul adalah meledakkan terowongan Sungai Citarum di
Rajamandala sehingga airnya merendam Bandung. Usul ini disampaikan Rukana.
Namun saking emosinya, Rukana menyebut usulnya agar Bandung menjadi “lautan
api”, padahal maksudnya “lautan air”. Diduga, dari rapat inilah muncul istilah
Bandung Lautan Api.
Usul lain muncul dari tokoh
Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon (AMPTT), Soetoko, yang
tidak setuju jika hanya TRI saja yang meninggalkan Bandung. Menurutnya, rakyat
harus bersama TKR mengosongkan kota Bandung.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam militer di Bandung, Nasution
akhirnya memutuskan untuk mentaati keputusan pemerintah RI. Keputusan ini
berisi beberapa poin, di antaranya TRI akan mundur sambil melakukan melakukan
infiltrasi atau bumi hangus, hingga Bandung diserahkan dalam keadaan tidak
utuh.
Lalu rakyat akan diajak
mengungsi bersama TRI. Selama pengungsian, TRI dan pejuang akan melakukan
perlawanan dengan taktik gerilya ke Bandung Utara dan Selatan yang dikuasai
musuh.
Melalui siaran RRI pada pukul 14.00, Nasution mengumumkan: bahwa
semua pegawai dan rakyat harus keluar sebelum pukul 24.00, tentara melakukan
bumi hangus terhadap objek vital di Bandung agar tidak dipakai Inggris dan
NICA.
Saat malam tiba, TRI akan menyerang Bandung. TRI juga mempersiapkan sejumlah
titik pengungsian bagi Keresidenan Priangan, Walikota Bandung, Bupati Bandung,
Jawatan KA, Jawatan PTT, rumah sakit, dan lain-lain.
Rakyat sebagian ada yang menerima informasi tersebut, sebagian lagi hanya
mendengar desas-desus bahwa Bandung akan dibakar dan penduduknya harus ngungsi
segera menyebar, tetapi banyak juga yang tidak mengetahui sama sekali. Namun
situasi umum waktu itu mencekam, kepanikan di mana-mana.
Meski panik, secara umum
rakyat mematuhi keputusan pemerintah. Banyak rakyat yang mengungsi, Meski berat
hati harus meninggalkan rumah yang sudah mereka ditinggali sejak kecil. Tempat
tujuan pengungsi menyebar, mulai dari Cililin, Ciparay dan Majalaya,
Tasikmalaya, Cianjur, Ciwidey, Garut, Sukabumi, bahkan adaya yang mengikuti
hingga Jogjakarta.
TRI menjadwalkan peledakan
pertama dimulai pukul 24.00 WIB di Gedung Regentsweg, selatan Alun-alun Bandung
yaitu Gedung Indische Restaurant (sekarang Gedung BRI), sebagai aba-aba untuk
meledakan semua gedung.
Di tengah persiapan itu
tiba-tiba terjadi ledakkan. Seorang pejuang, Endang Karmas, mengaku heran
dengan adanya ledakan, padahal baru pukul 20.00 WIB. Ledakkan pertama itu
terlanjut dianggap aba-aba, sehingga pejuang lain pun tergesa-gesa melakukan
pembakaran dan peledakkan gedung.
Karena persiapan yang
minim, banyak gedung vital yang tidak bisa diledakkan, kalaupun meledak, tidak
sanggup merusak bangunan yang terlalu kokoh.
Beberapa kemungkinan
menjadi pemicu melesetnya jadwal ledakkan dari jadwal semula, yakni faktor
teknis atau keterampilan menguasi bahan peledak yang minim, alat peledak yang
kurang, atau ada sabotase oleh musuh untuk menggagalkan sekenario Bandung
Lautan Api.
Terlebih saat persiapan pengungsian pasukan Gurkha dan NICA terus melakukan
provokasi hingga penembakan terhadap para pejuang. Hal itulah yang membuat
rencana pembakaran dan penghancuran objek vital tidak berjalan seperti
rencana.
Kebakaran hebat justru
timbul dari rumah-rumah warga yang sengaja dibakar, baik oleh pejuang maupun
oleh pemilik rumah yang sukarela membakar rumahnya sebelum berangkat ngungsi.
Rumah-rumah warga yang dibakar membentang dari Jalan Buah Batu, Cicadas,
Cimindi, Cibadak, Pagarsih, Cigereleng, Jalan Sudirman, Jalan Kopo. Kobaran api
terbesar ada di daerah Cicadas dan Tegalega, di sekitar Ciroyom, Jalan Pangeran
Sumedang (Oto Iskandar Dinata), Cikudapateuh, dan lain-lain.
Semua listrik mati. Inggris
mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling
seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat
pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu
tersebut. Untuk itu diutuslah Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu
berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak
dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut gugur sebagai pahlawan bangsa.
Sejarah heroic itu tercatat
dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Lagu
Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki menjadi lagu perjuangan pada saat itu.
NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat melalui Perjanjian Renville (17
Januari 1948).
Beberapa tahun kemudian,
lagu "Halo-Halo Bandung" ditulis untuk melambangkan emosi mereka,
seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api.
Perlambang emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang
telah menjadi lautan api.
Bandung Lautan Api kemudian menjadi
istilah yang terkenal setelah peristiwa pembakaran itu. Banyak yang
bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum Jenderal Besar A.H
Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi
Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta,
untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah
menerima ultimatum Inggris.
Jadi
saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam
pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah,
disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia
berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia
sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air”
A.H Nasution, 1 Mei 1997
Istilah
Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946.
Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari
puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai
dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis
berita dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena
kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng
Laoetan Api.
Setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus
1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit
demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya.
Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang.
Mereka berkomplot dengan Belanda dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali
Indonesia. Jejak Perjuangan “Bandung Lautan Api” membawa kita menelusuri
kembali berbagai kejadian di Bandung yang berpuncak pada suatu malam mencekam,
saat penduduk melarikan diri, mengungsi, di tengah kobaran api dan tembakan
musuh. Sebuah kisah tentang harapan, keberanian dan kasih sayang. Sebuah cerita
dari para pejuang kita …
Berita pembacaan teks
Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita
DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan
teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan
Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi
insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah
dan putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan dengan bayonet tersebut
dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu
oleh Moeljono.
Tanggal 27 Agustus 1945,
dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita
Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang,
terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk
keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan
musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan
korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan
ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.
Berbagai tekanan dan
serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5 Desember
1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada
tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan
membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.
Ultimatum agar Tentara
Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik
“bumihangus”. Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi
ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumi¬hanguskan Bandung
diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di
hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdul Haris
Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan
memerintahkan untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar
penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota. Malam itu pembakaran kota
berlangsung besar-besaran. Api menyala dari masing-masing rumah penduduk yang
membakar tempat tinggal dan harta bendanya, kemudian makin lama menjadi
gelombang api yang besar. Setelah tengah malam kota telah kosong dan hanya
meninggalkan puing-puing rumah yang masih menyala.
Pembumihangusan Bandung
tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI tidak akan sanggup
melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI melakukan
perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
KESIMPULAN
Terjadinya
peristiwa bandung lautan api diawali dari datangnya sekutu pada bulan Oktober
1945. Peristiwa ini dilatar belakangi oleh ultimatum sekutu untuk mengosongkan
kota bandung pada tanggal 21 november 1945. Sekutu mengeluarkan ultimatum
pertama isinya kota bandung bagian utara selambat-lambatnya tanggal 29 november
1945 dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tersebut tidak dianggap,
selanjutnya tanggal 23 maret 1946 sekutu mengeluarkan ultimatum kembali yang
isinya hampir sama dengan ultimatum pertama.
17
okt 1945.pasukan sekutu dengan di boncengi NICA memasuki kota Bandung.
21 Nov 1945 sekutu mengultimatum bahwa selambat-lambatnya tanggal 29 nov 1945
wilayah Bandung bagian Utara harus dikosongkan.Perintah itu di tolak sehingga
insiden pun terjadi.
23 Maret 1946,pasukan sekutu kembali mengeluarkan ultimatum agar seluruh kota
bandung di kosongkan.Karena merasa keselamatannya terancam,pasukan sekutu
meminta bantuan RI memerintahkan pengosongan kota Bandung atau mundur keluar
kota sejauh 11 Km.RI mengosongkan kota Bandung.
Namun,sebelum meninggalkan kota,mereka menyerang pos" pasukan sekutu dan
melakukan pembumihangusan kota Bandung.
Peristiwa tersebut,terjadi tanggal 24 Maret 1946 dan dikenal dengan sebutan
Bandung Lautan Api.
Jadi mudah membuat kliping, karena sudah membaca ini 😆
ReplyDeleteTitsanium Tools - The Titanium Sports Tool
ReplyDeleteTitsanium Tools titanium meaning · Dovo – Stereo Tools · Zipline Tools · titanium plate Fitting Tools · Merkur 바카라 사이트 추천 Tools · Solingen Tools · Stahlwaren Tools · babyliss pro titanium Solingen Tools. titanium tv
i967f0jzpuh638 realistic vibrators,dildos,horse dildo,Panty Vibrators,double dildos,real dolls,silicone sex doll,penis pumps,horse dildo j199e0duplh321
ReplyDeleteo900r5eummv807 double ended dildo,Discreet Vibrators,anal toys,wolf dildo,male sexy toys,bondage,horse dildos,dildo,small dildo g727t7cllby837
ReplyDelete